Kacamata Media: Memahami Kuasa Pembingkaian Berita
Pernahkah Anda bertanya mengapa dua media berbeda menyajikan peristiwa yang sama dengan nuansa yang begitu berbeda? Jawabannya seringkali terletak pada fenomena "framing media". Framing adalah cara media massa memilih, menyoroti, dan menyajikan suatu isu atau peristiwa, bukan sekadar melaporkan fakta, melainkan membentuk "bingkai" atau sudut pandang yang akan memengaruhi bagaimana audiens memahami informasi tersebut.
Proses framing melibatkan serangkaian pilihan strategis: pemilihan kata, penekanan pada aspek tertentu, penggunaan citra atau visual, hingga narasi yang dibangun. Misalnya, sebuah demonstrasi bisa dibingkai sebagai "aksi anarkis" atau "suara rakyat yang menuntut keadilan", tergantung pada sudut pandang dan kepentingan media. Setiap pilihan ini secara halus mengarahkan interpretasi dan emosi kita.
Kuasa framing media terletak pada kemampuannya untuk membentuk opini publik, membangun citra positif atau negatif, bahkan memengaruhi kebijakan dan arah diskusi sosial. Media tidak hanya merefleksikan realitas, melainkan turut mengkonstruksi realitas itu sendiri di benak audiens. Jika tidak disadari, framing bisa menjadi alat yang sangat ampuh untuk mengarahkan pandangan dan bahkan memanipulasi persepsi massa.
Oleh karena itu, sebagai konsumen informasi, penting bagi kita untuk memiliki kesadaran akan fenomena framing ini. Dengan bersikap kritis, membandingkan berbagai sumber, dan mempertanyakan "bingkai" yang disajikan, kita dapat menjadi audiens yang lebih cerdas dan tidak mudah digiring. Memahami framing adalah langkah awal untuk benar-benar memahami dunia di sekitar kita, bukan hanya seperti yang ingin media kita lihat.